Selasa, 08 Mei 2018

Peran Zakat sebagai Pilar Islamic Socio finance dalam Pembangunan Nasional


Peran Zakat sebagai Pilar Islamic Socio finance dalam Pembangunan Nasional
Oleh : Tri Aji Pamungkas Al-Azhary
(Cordinator Islamic Economic Studies Assosiation Of Region Jabodetabek )

Hasil gambar untuk peran zakat untuk pembangunan nasionalJakarta, Mei 2018 . berbicara zakat zaman now, tentunya sangat seksi sekali dalam pembicaraan ranah nasional dan global. Bahkan, dikalangan global seperti UNDP dan organisasi serupa ingin menjadikaan zakat sebagai focus pengembangan bertarap international. Sudah tidak dapat di pungkiri bahwa zakat di era sekarang memasuki babak baru dan tentunya tantangan yang baruu pula dalam persilatanya di kancah global.
Secara data factual penerimaan zakat nasional yang terdaftar di Badan Amil Zakat Nasional masih terbilang minim dari jumlah potensi sebesar 286 Triliun baru teraspirasi sebesar 6 triliun rupiah. Pada tahun 2016, fakir miskin merupakan kelompok yang menerima penyaluran tertinggi baik dari jumlah dana yang diterima maupun jumlah penerima manfaatnya. Ashnaf fakir miskin memiliki proporsi sebesar 73,13 persen dari total dana yang disalurkan atau senilai lebih dari 2 Triliun rupiah.
Proporsi ini 5,44 persen lebih tinggi daripada proporsi di tahun sebelumnya, dengan jumlah sekitar 619 Miliar rupiah lebih tinggi. Sementara dari jumlahpenerima manfaat, lebih dari 6 juta mustahik yang tergolong fakir miskin menerima penyaluran ZIS atau sebesar 89,6 persen dari total jumlah penerima manfaat pada tahun 2016. Proporsi tersebut lebih tinggi 4,25 persen dari pada tahun sebelumnya, tetapi jumlah penerima manfaatnya hampir dua kali lipat Dari pada jumlah fakir miskin yang menerima penyaluran ZIS di tahun 2015.
 Tingginya proporsi penyaluran untuk ashnaf ini tidak terlepas dari masih banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah ataupun rentan terhadap garis kemiskinan. Bahkan, kemiskinan pula yang menjadi salah satu permasalahan utama negeri ini yang kemudian dapat menjalar ke berbagai permasalahan sosial lainnya.Dengan jumlah yang cukup jauh, baik dari segi dana yang disalurkan maupun jumlah penerima manfaat, dari ashnaf fakir miskin, sabilillah merupakan kelompok penerima manfaat dengan proporsi penyaluran terbesar kedua pada tahun 2016. Golongan ini menerima 17,71 persen dari total dana yang disalurkan oleh OPZ se-Indonesia atau senilai lebih dari 518 Miliar rupiah. Proporsi ini lebih rendah daripada proporsi tahun sebelumnya yang mencapai 20,39 persen atau sekitar 459 Miliar rupiah. Sementara itu, dari segi jumlah penerima manfaatnya, jumlah ashnaf sabilillah mencapai hampir sepersepuluh(9,72%) dari total penerima manfaat atau sekitar 661 ribu jiwa. Proporsi ini lebih rendah 3,77 persen dari tahun sebelumnya, tetapi dari segi jumlah mustahik lebih tinggi sekitar 52 ribu jiwa.
Perkembangan dari zakat sangat diharapkan untuk pengembangan pembangunan nasional. Asnaf yang menjadi objek kewajiban dalam penyaluran dana zakat sangat berkesinambungan dengan beberapa goals dalam perencanaan pembangunan nasional dan dunia. Hal ini adalah sebagi bagian yang bias di integrasikan dalam pengembangan aspek filantropy. Dimana filantropy saat ini sangan bersinggungan dengan aspek social dan ekonomi, pengembangan aspek ekonomi dari aspek yang meliputi pemberdayaan masyarakat atau mustahik sangat sejalan dengan undang-undang negara tentang perlindungan terhadap fakir miskin dan menjadi perhatian aspek nasional dalam pembangunan dan menjadi sebagai goals social UNDP serta goals ekonomi.
Dalam praktiknya lembaga zakat baik bentukan pemerinah atau atas inisiasi perusahaan dan masyarkat memiliki banyak kontribusi dalam pengembangan asnaf zakat. Pengembangan yang dilakukan adalah semangat dan peran menjalankan perintah dan menjadikan sebagai sarana untuk membangun keshalehan kolektif di masyarakat. Fakir ,miskin,ibnu Sabil,muallaf, amil,riqab, gharimin dan fii sabilillah. Semua objek atau yang di sebut asnaf dalam zakat merupakan bagian penting dalam pengembangan ekonomi, diantara semuanya meruakan bagian dari aspek rumah tangga. Semakin meningkat nilai kemampuan membeli dari aspek terendah dalam ekonomi maka semakin meningkat perputaran ekonomi di wilayah sekitar. Multiple effect dari pemanfaatan zakat sangat berpengaruh dalam pengembangan ekonomi dan aspek social, diantara aspek social adalah dengan pengurangan kesenjangan diantara golongan bawah dan menengah atas, pengurangan kesenjangan atau rasio gini adalah bagian dari visi sebuah negara.
 Maka sudah saat nya negara Indonesia focus dan mendukung dalam pengembangan filantropi keagamaan terutama yang bersifat islam, hal ini bias di tunjukan dalam kebijakan-kebijakan strategis yang dapat mendukung zakah.(tap)


Mahabbah

 Cinta itu  laksana sebuah perang,  amat mudah mengobarkannya,  namun amat sulit untuk memadamkannya   Ketika kita mencintai,  perasaan kita...