Oleh Syaikh Akbar Muhyiddin Ibn Arabi
Persembahan Untuk Istri Tercinta Anindya Purnama Effendi El-Ghazi
Ruh-Mu dan ruhku bercampur
Bagai arak dan air
Jika sesuatu menyentuh-Mu,
Ia menyentuku
Engkau adalah aku
Dalam segalanya
Aduhai, jiwa yang gelisah
Apakah mereka tahu
Hati manakah yang mereka miliki
Andai saja engkau tahu
Lorong manakah yang mereka lalui
Adakah engkau tahu
Apakah mereka akan selamat
Atau binasa
Dan menangis tersedu-sedu
Tiba-tiba tangan yang lembut bagai sutera menyentuh pundakku.Aku menoleh. O, seorang gadis jelita dari Melayu- Jawa. Aku belum pernah melihat perempuan secantik ini. Dia begitu anggun. Suaranya terdengar amat sedap. Tutur-katanya begitu lembut tetapi betapa padat, dan sarat makna. Lirikan matanya amat tajam dan menggetarkan kalbu. Sungguh betapa asyiknya aku bicara dengan dia. Namanya begitu terkenal, budinya begitu halus
Begitu usai menyampaikan syair itu, perempuan itu mengatakan kepadaku :
“Aduhai tuan, kau memesonakuEngkaulah kearifan zaman”
Andai saja kalian tahu
Betapa kami berdua
Saling menghidangkan
Cawan-cawan cinta
Meski tanpa jari-jemari
Adakah, kalian, wahai tuan-tuan
Pernah melihat atau mendengar
Dua tubuh yang bersaing
Dapat menyatukan rindu
Andai saja kalian tahu
Cinta kami
Yang menuntun kami
Bicara manis,
bernyanyi riang
meski tanpa kata-kata
Kalian pasti tahu
Meski hilang akal
Timur dan Barat nyatanya
Bisa berpelukan
Bahasa kita beragam tetapi Engkaulah
Satu-satunya Yang Maha Indah
Dan masing-masing kita
menuju Sang Maha Indah Yang Satu itu.
28-03-2021