Gelas Penuh dan Gelas Kosong
Oleh: Tri Aji
Pamungkas
Kisah
ini diambil ketika sedang silaturahmi di acara Gahatering Bazma Pertamina yang
memperteukan berbagai beswan dari berbagai Universitas di Indonesia.
Sebuah kisah yang sangat
inspiratif tentunya setelah mendengar Motivator hebat ayahanda Ihsanudin Usman.
Bagi saya istilah gelas penuh atau gelas kosong seperti cambukan yang sangat
luar biasa terhadap saya. Betul sekali, terasa saya flash back di zona waktu 5
tahun yang lalu saat masih halaqah atau mentoring kepada guru saya tercinta.
![Hasil gambar untuk Gathering Bazma Pertamina Pak Ihsanudin Usman](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH2vnPUKIDlaCqaMHdDh5u_TIMsLIwJZ3qmY2ldekzcP2tGUbqmQDfZ-a8uME-BXmFGv_Pk4yHvgyRH4umw_Jr_xtfAWdRYc2o_miRWlE2QDGW-3SmUj2bkmlkoh5XeRmDntmpuSIKrH51/s320/NEW-7646.jpg)
Suatu
ketika sang penulis duduk didalam suatu majelis mentoring, bercekrama,
silaturahmi dan saling menyapa. Namun yang terjadi hanya saling menyapa dalam
ruang lahir tidak sampai padaruang bathin yang sesungguhnya esensi dari
perkumpulan. Itulah kenapa Gelas penuh dan gelas kosong selalu ada cerita dan
selalu ada perbedaan yang nyata.
Terkadang Gelas penuh itu penting
dalam berbicara harta,kekayaan , kenikmatan dunia dan lainya tentang keduniaan.
Ia penting karena menjadi pengingat untuk diri bahwa setiap kita telah di
cukupi nikmat yang besar , maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan ?
tapi gelas penuh itu atau merasa gelasnya penuh itu akan berbahaya dalam dunia
keilmuan,kecerdikan dan lainya terkait pengetahuan. Ia merasa sombong atas apa
yang dimilikinya padahal belum tentu ia bisa melakukanya. Biasanya menganggap
orang lain buruk selainya , berpikir nya bahwa hanya saya yang bisa melakukan.
Masing-
masing diri kita selalu merasa benar dengan apa yang dilakukan. Yaa itu tidak
sepenuhnya buruk namun, jika kontrolnya kurang maka akan jadi malapetaka.ingat
ilmu itu akan jadi pelindung sekaligus penolong dan bisa jadi penjerumus dalam
jurang jika tidak bisa mengendalikanya.
Suatu ketika ada sebuah cerita
dari seorang ikhwafillah kita yang datang menghampiri di samping lautan
bertanya Tanya tentang apa yang ada dildalam lautan dengan semangat kepada
orang yang tidak tahu apa yang ada di dalam lutan. Lalu yang bisa terjadi kita
menikmati pemandangan yang indah dalam suasana pagi yang sejuk.
Saya hanya ingin hati ini dalam
mencari ilmu seperti bentangan lautan,
meski ia telah penuh tapi tidak puas untuk mendapatkan airnya dalam wadah.
Semakin ia banyak maka semakin banyak pula menampung ikan,kapal-kapal,ombak
ombak dan lain banyak dilautan.
Semakin banyak ilmu yang dimiliki
semakin banyak yang termanfaatkan, jadilah selalu gelas yang kosong dalam
kehidupan agar di isi ruang ruang kebaikan dan jangan lah jadi gelas yang penuh
padahal isinya hampa.
Anyer 10 Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar