Rabu, 14 Maret 2018

Cerita Anyer Episode Awal


Gelas Penuh dan Gelas Kosong
Oleh: Tri Aji Pamungkas

                Kisah ini diambil ketika sedang silaturahmi di acara Gahatering Bazma Pertamina yang memperteukan berbagai beswan dari berbagai Universitas di Indonesia.
Sebuah kisah yang sangat inspiratif tentunya setelah mendengar Motivator hebat ayahanda Ihsanudin Usman. Bagi saya istilah gelas penuh atau gelas kosong seperti cambukan yang sangat luar biasa terhadap saya. Betul sekali, terasa saya flash back di zona waktu 5 tahun yang lalu saat masih halaqah atau mentoring kepada guru saya tercinta.
Hasil gambar untuk Gathering Bazma Pertamina Pak Ihsanudin UsmanTerkadang lautan pun tidak pernah demikian di pantai anyer yang indah. Yaa tidak merasa dia sudah terisi penuh oleh air. Setiap hari jutaan kubik air terkumpul dari berbagai sungai di anyer mulai sungai yang bermuara besar sampai sungai yang kecil. Dari dulu ruangan lautan anyer sedemikin tapi tidak merasa penuh sedikit pun, ia tetap menampung banyak nya hikmah dari air tanpa henti. Allah yang menciptakanya tunduk pada mekanisme Nya . jika saja lautan itu berlaku merasa penuh maka sudah sepastinya daratan anyer tertimpa air karena penuh nya di lautan.
                Suatu ketika sang penulis duduk didalam suatu majelis mentoring, bercekrama, silaturahmi dan saling menyapa. Namun yang terjadi hanya saling menyapa dalam ruang lahir tidak sampai padaruang bathin yang sesungguhnya esensi dari perkumpulan. Itulah kenapa Gelas penuh dan gelas kosong selalu ada cerita dan selalu ada perbedaan yang nyata.
Terkadang Gelas penuh itu penting dalam berbicara harta,kekayaan , kenikmatan dunia dan lainya tentang keduniaan. Ia penting karena menjadi pengingat untuk diri bahwa setiap kita telah di cukupi nikmat yang besar , maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan ? tapi gelas penuh itu atau merasa gelasnya penuh itu akan berbahaya dalam dunia keilmuan,kecerdikan dan lainya terkait pengetahuan. Ia merasa sombong atas apa yang dimilikinya padahal belum tentu ia bisa melakukanya. Biasanya menganggap orang lain buruk selainya , berpikir nya bahwa hanya saya yang bisa melakukan.
                Masing- masing diri kita selalu merasa benar dengan apa yang dilakukan. Yaa itu tidak sepenuhnya buruk namun, jika kontrolnya kurang maka akan jadi malapetaka.ingat ilmu itu akan jadi pelindung sekaligus penolong dan bisa jadi penjerumus dalam jurang jika tidak bisa mengendalikanya.
Suatu ketika ada sebuah cerita dari seorang ikhwafillah kita yang datang menghampiri di samping lautan bertanya Tanya tentang apa yang ada dildalam lautan dengan semangat kepada orang yang tidak tahu apa yang ada di dalam lutan. Lalu yang bisa terjadi kita menikmati pemandangan yang indah dalam suasana pagi yang sejuk.
Saya hanya ingin hati ini dalam mencari ilmu  seperti bentangan lautan, meski ia telah penuh tapi tidak puas untuk mendapatkan airnya dalam wadah. Semakin ia banyak maka semakin banyak pula menampung ikan,kapal-kapal,ombak ombak dan lain banyak dilautan.
Semakin banyak ilmu yang dimiliki semakin banyak yang termanfaatkan, jadilah selalu gelas yang kosong dalam kehidupan agar di isi ruang ruang kebaikan dan jangan lah jadi gelas yang penuh padahal isinya hampa.

Anyer 10 Maret 2018  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mahabbah

 Cinta itu  laksana sebuah perang,  amat mudah mengobarkannya,  namun amat sulit untuk memadamkannya   Ketika kita mencintai,  perasaan kita...