Pemenang Sejati bukan mengalahkan Lawan , tapi mentranformasi lawan
jadi Kawan
Oleh : Tri Aji Pamungkas
Cerita
ini diambil setelah mendengarkan wejangan dan nasihat yang sangat menggugah
bagi saya dari Ir Susilo atau lebih dikenal dengan pak Ilo selaku Ketum Yay.
Baituzakah Pertamina.
Sebuah istilah yang baru saya
dengar dan ternyata sangat berharga sekali dalam momentum kehidupan saya.
” Sugih tanpa bandha
Digdaya tanpa aji
Nglurug tanpa bala
Menang tanpa ngasoraki”
Sebuah
cerita yang menurut saya bukan hanya kebetulan dan mirip tapi memang sudah
menjadi sebuah catatan bagi saya. Dua hari sebelumnya tepatnya di acara
wejangan Direx Masyarakat Ekonomi Syariah rakanda Ari Permana pu mengatakan demikian hal yang sama tentang
persaingan dan perubahan arena dakwah dari kawan menjadi lawan dalam
perlombaan. Lebih seram lagi apa yang dikatakan pa kilo menjadi sebuah
peringatan bukan hanya bagi saya tapi bagi seluruh rekan kerja yang saya
tanggungjawabi.
Kaya
tanpa harta adalah sebuah hal yang sulit di hilangkan dari stigma kaya dalam
masayarakat atau diri kita. Padahal islam memberikan penjelasan bahwa kaya
bukan hanya harta tapi kaya yang baik adalah kaya harti dan arti. Allah
meberikan Kelapangan dan Kecukupan dalam setiap langkah kehidupan kita. Tidak pernah
kita semua diberikan sesuatu di luar kebutuhan yang kita miliki. Allah maha
mengetahui segala isi kebutuhan dan curhatan kita dan Allah pula mengetahui
segala yang kita inginkan.
Kesalahanya
bukan di masalah kebutuhan tapi masalah keinginan dalam dunia ekonomi
konvensional kalau kita kaitkan manusia tidak akan habis dari sebuah kepuasan
atau keinginan (Wants) sedangkan dalam kegiatanya manusia hanya perlu Kebutuhan
(Needs). Manusia sendiri diberikan keduanya sikap . baik sikap needs atau sikap
wants. Dalam islam keinginan ada
batasnya sedang dalam ilmu ekonomi kontemporer keinginan tidak ada batas nya .
artinya tidak ada ethic yang menghalanginya, itulah yang menyebabkan sistem
kapitalis.
Tapi
kali ini kita tidak membahas tentang ekonomi. Kita sekarang membahas bagaimana
menjadi seorang pemenang tanpa mengalahkan orang lain ?
Sebuah cerita terjadi di negara
miskin di Africa atau tepatnya di Negara Zimbabwe. Dimana seorang yang kaya
raya melombakan orang yang kelaparan untuk berlari saling menjatuhkan untuk
mendapatkan berbagai makanan yang telah di sediakan orang yang kaya di gari
garis finish. Seketika sang pemenang di dapati sendirian dan ketika memakan
berbagai makanan ia merasa sedih . karena setiap yang dilakukan selama masuk ke
garis finish menjatuhkan lawan lawanya dan ketika makan ia sendirian.
Ketika
di tahun berikutnya setalah lomba itu terjadi dan ia meyakini kesalahanya ia
meberitakan kepada seluruh masyarakat sekitar yang mengikuti lomba untuk
mengobah konsep dari saling berlomba untuk saling bekerja sama.
Ribuan orang mengikuti lomba seperti biasa lebih banyak dari tahun
sebelumnya. Orang kaya akan menyaksikan hal yang sangat senang sebelumnya, tapi
apa yang terjadi?
Ribuan manusia jalan biasa dan
tidak saling menjadikan lawan satu sama lain dan ia puas makan satu sama lain
saling menang dan semuanya menjadi pemenang dalam kali ini. Semua orang puas
dan semua orang mendapatkan manfaat. Dan orang kaya menyadari bahwa kenikmatan
terbaik adalah ketika banyak orang yang bahagia.
Fokus
pada ide dan nilai yang dipejuangkan bukan focus pada lawan, yakinkan ide dan
atau nilai-nilai yang di perjuangkan bukan mencari kesalahan lawan, koreksi
idenya bukan koreksi orangnya. Saatnya ubah lawan menjadi kawan dalam setiap
langkah kehidupan kita. Mulailah lihat sisi baik dari lawan, apresiasi ide
lawan sangat penting,gunakan kata kata alternative bukan bicara salah atau
benar, focus pada persamaan bukan pada perbedaan.
Yakin
jika kita bisa berkamuflase menjadi generasi yang salung sinergis, genrasi yang
bukan memandang kubu tapi memandang itu bagian dari dinamika kebaikan, genarasi
yang yakin bahwa stiap kita disatukan dengan perbedaan namun tetap bebas
memperjuangkan esensi-esendi kebaikan maka kita akan menjadi generasi yang
memas yang bukan hanya menjadi pelopor kebaikan diri kita tapi bisa jadi
pelopor kebaikan bangsa dan dunia.
Setelah
saya melihat dan meraskan kebersamaan bersama sahabat sahabat beswan dari
berbagai kampus itu entah saya berfikir dan merasakan aura positif bahwa 20-30
tahun kemudian sahabat –sahabat saya akan menjadi orang-orang yang sukses dan
berkah dalam setiap kehidupanya untuk kemaslahatan bumi pertiwi dan dunia.
Anyer 10 Maret 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar