Kamis, 15 Maret 2018

Cerita Anyer episode 2


Pemenang Sejati bukan mengalahkan Lawan , tapi mentranformasi lawan jadi Kawan
Oleh : Tri Aji Pamungkas



                Cerita ini diambil setelah mendengarkan wejangan dan nasihat yang sangat menggugah bagi saya dari Ir Susilo atau lebih dikenal dengan pak Ilo selaku Ketum Yay. Baituzakah Pertamina.
Sebuah istilah yang baru saya dengar dan ternyata sangat berharga sekali dalam momentum kehidupan saya.
Sugih tanpa bandha
Digdaya tanpa aji
Nglurug tanpa bala
Menang tanpa ngasoraki”

Hasil gambar untuk Gathering Bazma Pertamina Pak Ihsanudin Usman

                Sebuah cerita yang menurut saya bukan hanya kebetulan dan mirip tapi memang sudah menjadi sebuah catatan bagi saya. Dua hari sebelumnya tepatnya di acara wejangan Direx Masyarakat Ekonomi Syariah rakanda Ari Permana pu  mengatakan demikian hal yang sama tentang persaingan dan perubahan arena dakwah dari kawan menjadi lawan dalam perlombaan. Lebih seram lagi apa yang dikatakan pa kilo menjadi sebuah peringatan bukan hanya bagi saya tapi bagi seluruh rekan kerja yang saya tanggungjawabi.
                Kaya tanpa harta adalah sebuah hal yang sulit di hilangkan dari stigma kaya dalam masayarakat atau diri kita. Padahal islam memberikan penjelasan bahwa kaya bukan hanya harta tapi kaya yang baik adalah kaya harti dan arti. Allah meberikan Kelapangan dan Kecukupan dalam setiap langkah kehidupan kita. Tidak pernah kita semua diberikan sesuatu di luar kebutuhan yang kita miliki. Allah maha mengetahui segala isi kebutuhan dan curhatan kita dan Allah pula mengetahui segala yang kita inginkan.
                Kesalahanya bukan di masalah kebutuhan tapi masalah keinginan dalam dunia ekonomi konvensional kalau kita kaitkan manusia tidak akan habis dari sebuah kepuasan atau keinginan (Wants) sedangkan dalam kegiatanya manusia hanya perlu Kebutuhan (Needs). Manusia sendiri diberikan keduanya sikap . baik sikap needs atau sikap wants.  Dalam islam keinginan ada batasnya sedang dalam ilmu ekonomi kontemporer keinginan tidak ada batas nya . artinya tidak ada ethic yang menghalanginya, itulah yang menyebabkan sistem kapitalis.
                Tapi kali ini kita tidak membahas tentang ekonomi. Kita sekarang membahas bagaimana menjadi seorang pemenang tanpa mengalahkan orang lain ?
Sebuah cerita terjadi di negara miskin di Africa atau tepatnya di Negara Zimbabwe. Dimana seorang yang kaya raya melombakan orang yang kelaparan untuk berlari saling menjatuhkan untuk mendapatkan berbagai makanan yang telah di sediakan orang yang kaya di gari garis finish. Seketika sang pemenang di dapati sendirian dan ketika memakan berbagai makanan ia merasa sedih . karena setiap yang dilakukan selama masuk ke garis finish menjatuhkan lawan lawanya dan ketika makan ia sendirian.
                Ketika di tahun berikutnya setalah lomba itu terjadi dan ia meyakini kesalahanya ia meberitakan kepada seluruh masyarakat sekitar yang mengikuti lomba untuk mengobah konsep dari saling berlomba untuk saling bekerja sama.
Ribuan orang mengikuti  lomba seperti biasa lebih banyak dari tahun sebelumnya. Orang kaya akan menyaksikan hal yang sangat senang sebelumnya, tapi apa yang terjadi?
Ribuan manusia jalan biasa dan tidak saling menjadikan lawan satu sama lain dan ia puas makan satu sama lain saling menang dan semuanya menjadi pemenang dalam kali ini. Semua orang puas dan semua orang mendapatkan manfaat. Dan orang kaya menyadari bahwa kenikmatan terbaik adalah ketika banyak orang yang bahagia.
                Fokus pada ide dan nilai yang dipejuangkan bukan focus pada lawan, yakinkan ide dan atau nilai-nilai yang di perjuangkan bukan mencari kesalahan lawan, koreksi idenya bukan koreksi orangnya. Saatnya ubah lawan menjadi kawan dalam setiap langkah kehidupan kita. Mulailah lihat sisi baik dari lawan, apresiasi ide lawan sangat penting,gunakan kata kata alternative bukan bicara salah atau benar, focus pada persamaan bukan pada perbedaan.
                Yakin jika kita bisa berkamuflase menjadi generasi yang salung sinergis, genrasi yang bukan memandang kubu tapi memandang itu bagian dari dinamika kebaikan, genarasi yang yakin bahwa stiap kita disatukan dengan perbedaan namun tetap bebas memperjuangkan esensi-esendi kebaikan maka kita akan menjadi generasi yang memas yang bukan hanya menjadi pelopor kebaikan diri kita tapi bisa jadi pelopor kebaikan bangsa dan dunia.
                Setelah saya melihat dan meraskan kebersamaan bersama sahabat sahabat beswan dari berbagai kampus itu entah saya berfikir dan merasakan aura positif bahwa 20-30 tahun kemudian sahabat –sahabat saya akan menjadi orang-orang yang sukses dan berkah dalam setiap kehidupanya untuk kemaslahatan bumi pertiwi dan dunia.

Anyer 10 Maret 2018


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mahabbah

 Cinta itu  laksana sebuah perang,  amat mudah mengobarkannya,  namun amat sulit untuk memadamkannya   Ketika kita mencintai,  perasaan kita...