Minggu, 19 Agustus 2018

Panah Api Ratu Magora



Panah Api Ratu Magora
Oleh : Tri Aji Pamungkas Al-Azhary

Magora,18 september 540M

Hasil gambar untuk panah sang Ratu nirwanaDalam suasana kerajaan yang aman dan damai serta tentram di sebuah tempat bernama Magora, sebuah tempat yang diskelingnya di lindungi lautan. Batas teritorialnya adalah lautan yang membentang di spanjang wilayah, tempat ini layaknya sebuah pulau dalam danau atau lautan. Sesaat huru hara terjadi ketika sang fatih magora yang merupakan abdi dalm dari kerajaan mnginginkan tahta dari Raja Magora yang saat  itu sedang jatuh sakit dan tidak berdaya. Sang fatih bernama Braga Hutamora, iya punya kuasa atas hakim, infanteri dan para pejabat bhayangkari di seantero negeri. Sebulan kemudian sang raja tutup usia dan menurut titah negara dan bangsa magora maka kturunanya lah yang mendapatkanya yakni Putri Magora. Perselisihan terjadi ketika pengangkatan karena putri magora bukan asli dari magora. Iya adalah lahir dari bangsawan sebrang negara sunda, yakni kerajaan Tarumanegara. Meski demikian dalam adat Magora sebetulnya tidak terlalu bermasalah hanya saja karena sang fatih ingin berkuasa menyebakan segala cara di tempuh untuk naik tahta.
Perdebatanpun terjadi di para kepinis sepuh yang ada mengingat ibu suri juga sudah tiada maka sulit sekali untuk menjaga stabiltas politiknya. Sang fatih tetap berusaha ddemi tahta nya dan mengandalkan segala cara untuk membengun kekuatan di dalam dan di luar kerajaan. Bertmulah sang fatih dengan sibolga yang merupakan musuh utama magora dan iya memanfaatkan permusuhan nya menjadi sebuah keributan yang akan mengganggu kedamaian magora. 1000 kapal laut di kerahkan sibolga untuk menyerang dari pintu utara , 550 kapal di siapkan dengan pralatan lengkapan untuk merebut pintu selatan 1000 kapal di siapkan untuk menyerbu pintu barat dan 1500 disiapkan untuk mnggempur pintu utama yakni di pintu timur. Di dalam negeri Ratu Magora di hadapkan oleh kerusakan yang dibuat bandit yang secara sistematis telah di suun oleh Braga Hutamora sang fatih bermuka dua. Semuanya tidak tahu semua ancaman hanya tahu dari kerajaan sibolga. Seminggu sebelum rencana penyerangan seorang abdi yang setia mengabdi kepada Raja Magora melaporkan kejadian yang tengah terjadi beserta dengan rencana yang di buat hutamora kepada Ratu Magora kepada Pangeran Anumerta di Palapa. Lantas mendengar kabar demikian Anumerta beserta 10.000 Kapalnya berlayar di hindia dan mendarat tepat di kerajaan sibolga serta mengirim pasukan taktis dan serba bisa sebanyak 500 orang ke wilayah kerajaan magora. Sehari sebelum rencana penyerangan sibolga kepada Magora sebuah kejutan di pintu utama kerajaan sibolga dimana iya di kepung oleh 100.000 Pasukan yang di pimpin Anumerta dan perlatan lengkap 10.000 kapal pesiar Sibolga tak menyangka akan di serang dan tidak menyiapka pasukan petahanan yang kuat , 7 hari berperang dan akhirnya sibolga mengajukan genjatan senjata kepada anumerta dan perjnjian untuk tidak menyerang Magora.
sang fatih menunggu selama tujuh hari sebari melakukan kerusakan lewat bandit-bandit dalam negeri guna melancarkan serangan tibalah pasukan yang begitu banyak dari kerajaan sibolga yang sebelumnya telah berjanji untuk tidak menyerang kepada Magora. Sang Fatih merasa senang atas pasukan nya dan memperdaya penjaga di semua lini. Mendengar demikian Anumerta mengejar Pasukan Sibolga yang sudah masuk kedalam Gerbang Magora dengan mudah. Dengan kilah sang Fatih yang bermuka dua sibolga dianggap penyelamat atas serangan yang dilakukan oleh anumerta kepada kerajaan Magora, padahal anumerta ingin menyelamatkan Magora. Dengan kilah demikian sang Ratu yang masih remaja percaya saja padahal Anumerta sendiri dia mengetahui tidak demikian. Ratu mengetahui bahwa Anumerta telah jatuh cinta kepadanya dan tidak mungkin melakukan penyerangan kepada dirinya, suasana hatinya semakin kacau seakan tidak percaya orang yang mencintainya meski iya tidak pernah memebalasnya ternyata ingin menghancurkan negeri yang di cintainya. Terdengar kicauan sang Ratu hingga ke negeri Malaya dan Pasai. Sultan pasai dan Malaya tidak percaya karena Anumerta terkenal jujur dan membela kebaikan serta membela kaum yang tertindas, sehingga sultan dua negeri ini seakan tidak percaya mengingat persahabatanya dengan sang Prabu Tarumanegara yang selalu mengajarkan kebaikan pada anaknya. Tapi, sang Sultan dihadapkan dengan realitan ratusan ribu pasukan yang mengepung Magora dari semua sudut pintu dan pasukan Sibolga yang terlihat menjaga Magora. Sang sultan pun bingung dengan keadaan yang ada ingin membantu tapi takut menyulut api.  Selama berhari-hari Anumerta mengepung Magora karena iya yakin bahwa sibolga akan berbuat kerusakan di kerajaan Magora. Tapi opini dalam kerajaan Magora bahwa Anumerta lah yang ingin menyerang kepada magora. Berhari-hari megepung tanpa menyerang di perairan magora yang dilingkupi lautan.
Sang Ratu kemudian ingin melakukan perundingan dengan Anumerta atas pengepungan ini dan anumerta pun mengiyakanya karena iya telah mengetahui dari 500 paukan yang teah di susupkan kedalam negeri magora. Pertemuan pun terjadi antara keduanya. Anumerta yang diketahui sang Ratu mencintainya tanpa syarat ternyata berbutburuk dimatanya. Dan sang Ratu yang diketahui Anumerta tidak pernah menerima cintanya tidak pernah mengerti terhadap apa yang dilakukanya. Bagi sang Ratu tentunya menambah kesal dan menambah perasaan benci dibenaknya meski iya tahu sebelumnya Anumerta sangat mencintainya dan sang Ratu berfikir justru karena tidak diterima cintanya maka iya meakukan demikian. Bagi Anumerta menambah derita,tangis dankegundahanya oadahal iya sedang melakukan yang terbaik untuk orang di cintainya. Tapi, keadaan yang menjadikanya terajatuh semacam sebuah panah api yang di lemparkan dari jauh kepadanya dan tidak pernah keluar daru dadanya dan tidak membuatnya mati secara fisik tapi iya mati secara batinya.
Pertemuan berlangsung Sang Ratu memarahi nya secara emosional dan Anumerta pun menyangkalnya dan mecoba menjelaskanya. Pertemuan ini diwakili beberapa negara sahabat dari Anumerta dn Magora. Dan tidak ketemu titik temu karena sang Fatih Magora pun hadir di dalamnya.
Akhirnya perangpun meski pecah dan tidak ada kata sepakat. Anumerta pun mencoba untuk demikian iya rela berperang dan berkorban mati dihadapan sang ratu oleh panahnya dari pada sibolga merebut magora dengan Fatihnya. Sang Sultan pun tahu kejadian sebenarnya dan menasehati kepada Ratu Magora dan para bangsawan tapi tidak dianggapnya akhirnya perang sebagai jalan satu-satunya.
Dua hari sebelum pecah perang Anumerta merenung akan kejadian ini dan iya merasa tidak menyesal atas apa yang dilaukanya meski tidak ernah di lirik oeh Ratu Magora. Iya tetap optimis bahwa cintanya dalah sebuah tekad dan azzam yang telah ditetapkan untuk kebaikan bukan untuk di perlihatka, iya percaya bahwa apa yang dailakukanya adalah untuk kebahagian sang Ratu Magora yang telah lama iya cintai. Sang sultan dari Pasai dan Malaka yang tengah menjadi penghubung dalam perundingan yang tidak berhasil menwarkan bantuan dalam peperangan yang dilakukan tapi Pangeran Anumerta menolaknya dan iya tetap teguh biarlah iya yang menjadi korban atas ketidakadilan yang telah terjadi.
Alih menolong untuk bergabung meyerang sang panglima perang dari Malaka memiliki usul untuk menculik semua Pasukan dan kepinis sepuh beserta sang Ratu Magora sebelum pertempuran dan hanya menyisakan Fatih beserta jajaran yang ada di bawahnya. Dan anumerta pun setuju dengan usulanya, berkat telik sandi yang telah di susupkan ke wilayah magora sehingga hafal lokasi-lokasi pasukan Magora yang selama ini juga tidak stuju terhadap titah fatih hutamora,akhirnya pasukan gabungan dari pasai,Malaka dan Anumerta di kerahkan pada malam hari untuk menculik pasukan magora dan mengamnan di gunung dan bukti tertinggi di magora. Di siang hari pecahlah perang di magora antara 100.000 pasukan Anumerta dan Sibolga serta Fatih Hutamora. Ribuan nyawa melayang dalam pertempuran ini dan fatih hutamora terbunuh dalam pertempuran berdarah besrta pasukan anumerta juga Ratu Magora yang tidak terculik karena penjagan ketat istana marah dan geram karena pasukan nya hancur meski yang terjadi dilapangan adalah pasukan sibolga. Selama 7 hari peperangan dan akhirnya sibolga menyerah dan mengakui kekalahan dan menceritakan keadian sebenarnya kepada sang Ratu Magora bahwa iya hanya diminta oleh Fatih Hutamora yang baru saja terbunuh oleh anumerta. Tetapi kejadan itu tidak lantas membuat Sang Ratu percaya karena ribuan pasukanya juga tiada, tiba saat itu paukan malaka dan pasukan pasai yang membawa iring-iringan pasukan Magora dan tidak sedikitpun luka karena telah diamankan. Sang Ratu pun percaya setelah kesaksian para pembesarnya atas perlakuan pasukan yang menawanya berbuat baik dan tidak berbuat apa-apa.
Sang ratu pun percaya atas kejadian sebenarnya akan tetapi iya tetap tidak menerima cinta anumerta yang telah berbuat baik kepadanya. Anumerta pun menyadarinya dan iya pun sadar bahwa apa yang dilakukanya tidak memerlukan pengakuan, meski sebelumnya iya telah menolak tawaran Raja singasari atas putrinya untuk di nikahkan dengannya, tapi iya menolak karena iya merasa cinta sejatinya pada Putri Magora yang saat ini telah menjadi Ratu. Usai sudah aman magora sang pangeran anumertapun pergi meninggalkan magora dengan sisa pasukanya meski rakyat magora mengharapkan tetap tinggal di magora. Sang Pangeran pun pulang ke palapa dan bertapa di Jayakarta dan tetap menunggu cinta dari sang Ratu Magora.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mahabbah

 Cinta itu  laksana sebuah perang,  amat mudah mengobarkannya,  namun amat sulit untuk memadamkannya   Ketika kita mencintai,  perasaan kita...