Panah
Api Ratu Magora
Oleh
: Tri Aji Pamungkas Al-Azhary
Magora,18 september 540M
Perdebatanpun
terjadi di para kepinis sepuh yang ada mengingat ibu suri juga sudah tiada maka
sulit sekali untuk menjaga stabiltas politiknya. Sang fatih tetap berusaha
ddemi tahta nya dan mengandalkan segala cara untuk membengun kekuatan di dalam
dan di luar kerajaan. Bertmulah sang fatih dengan sibolga yang merupakan musuh
utama magora dan iya memanfaatkan permusuhan nya menjadi sebuah keributan yang
akan mengganggu kedamaian magora. 1000 kapal laut di kerahkan sibolga untuk
menyerang dari pintu utara , 550 kapal di siapkan dengan pralatan lengkapan
untuk merebut pintu selatan 1000 kapal di siapkan untuk menyerbu pintu barat
dan 1500 disiapkan untuk mnggempur pintu utama yakni di pintu timur. Di dalam
negeri Ratu Magora di hadapkan oleh kerusakan yang dibuat bandit yang secara
sistematis telah di suun oleh Braga Hutamora sang fatih bermuka dua. Semuanya tidak
tahu semua ancaman hanya tahu dari kerajaan sibolga. Seminggu sebelum rencana
penyerangan seorang abdi yang setia mengabdi kepada Raja Magora melaporkan
kejadian yang tengah terjadi beserta dengan rencana yang di buat hutamora
kepada Ratu Magora kepada Pangeran Anumerta di Palapa. Lantas mendengar kabar
demikian Anumerta beserta 10.000 Kapalnya berlayar di hindia dan mendarat tepat
di kerajaan sibolga serta mengirim pasukan taktis dan serba bisa sebanyak 500
orang ke wilayah kerajaan magora. Sehari sebelum rencana penyerangan sibolga
kepada Magora sebuah kejutan di pintu utama kerajaan sibolga dimana iya di
kepung oleh 100.000 Pasukan yang di pimpin Anumerta dan perlatan lengkap 10.000
kapal pesiar Sibolga tak menyangka akan di serang dan tidak menyiapka pasukan
petahanan yang kuat , 7 hari berperang dan akhirnya sibolga mengajukan genjatan
senjata kepada anumerta dan perjnjian untuk tidak menyerang Magora.
sang
fatih menunggu selama tujuh hari sebari melakukan kerusakan lewat bandit-bandit
dalam negeri guna melancarkan serangan tibalah pasukan yang begitu banyak dari
kerajaan sibolga yang sebelumnya telah berjanji untuk tidak menyerang kepada
Magora. Sang Fatih merasa senang atas pasukan nya dan memperdaya penjaga di
semua lini. Mendengar demikian Anumerta mengejar Pasukan Sibolga yang sudah
masuk kedalam Gerbang Magora dengan mudah. Dengan kilah sang Fatih yang bermuka
dua sibolga dianggap penyelamat atas serangan yang dilakukan oleh anumerta
kepada kerajaan Magora, padahal anumerta ingin menyelamatkan Magora. Dengan kilah
demikian sang Ratu yang masih remaja percaya saja padahal Anumerta sendiri dia
mengetahui tidak demikian. Ratu mengetahui bahwa Anumerta telah jatuh cinta
kepadanya dan tidak mungkin melakukan penyerangan kepada dirinya, suasana
hatinya semakin kacau seakan tidak percaya orang yang mencintainya meski iya
tidak pernah memebalasnya ternyata ingin menghancurkan negeri yang di
cintainya. Terdengar kicauan sang Ratu hingga ke negeri Malaya dan Pasai. Sultan
pasai dan Malaya tidak percaya karena Anumerta terkenal jujur dan membela
kebaikan serta membela kaum yang tertindas, sehingga sultan dua negeri ini
seakan tidak percaya mengingat persahabatanya dengan sang Prabu Tarumanegara yang
selalu mengajarkan kebaikan pada anaknya. Tapi, sang Sultan dihadapkan dengan
realitan ratusan ribu pasukan yang mengepung Magora dari semua sudut pintu dan
pasukan Sibolga yang terlihat menjaga Magora. Sang sultan pun bingung dengan
keadaan yang ada ingin membantu tapi takut menyulut api. Selama berhari-hari Anumerta mengepung Magora
karena iya yakin bahwa sibolga akan berbuat kerusakan di kerajaan Magora. Tapi opini
dalam kerajaan Magora bahwa Anumerta lah yang ingin menyerang kepada magora. Berhari-hari
megepung tanpa menyerang di perairan magora yang dilingkupi lautan.
Sang
Ratu kemudian ingin melakukan perundingan dengan Anumerta atas pengepungan ini
dan anumerta pun mengiyakanya karena iya telah mengetahui dari 500 paukan yang
teah di susupkan kedalam negeri magora. Pertemuan pun terjadi antara keduanya.
Anumerta yang diketahui sang Ratu mencintainya tanpa syarat ternyata
berbutburuk dimatanya. Dan sang Ratu yang diketahui Anumerta tidak pernah
menerima cintanya tidak pernah mengerti terhadap apa yang dilakukanya. Bagi sang
Ratu tentunya menambah kesal dan menambah perasaan benci dibenaknya meski iya
tahu sebelumnya Anumerta sangat mencintainya dan sang Ratu berfikir justru
karena tidak diterima cintanya maka iya meakukan demikian. Bagi Anumerta
menambah derita,tangis dankegundahanya oadahal iya sedang melakukan yang
terbaik untuk orang di cintainya. Tapi, keadaan yang menjadikanya terajatuh
semacam sebuah panah api yang di lemparkan dari jauh kepadanya dan tidak pernah
keluar daru dadanya dan tidak membuatnya mati secara fisik tapi iya mati secara
batinya.
Pertemuan
berlangsung Sang Ratu memarahi nya secara emosional dan Anumerta pun
menyangkalnya dan mecoba menjelaskanya. Pertemuan ini diwakili beberapa negara
sahabat dari Anumerta dn Magora. Dan tidak ketemu titik temu karena sang Fatih Magora
pun hadir di dalamnya.
Akhirnya
perangpun meski pecah dan tidak ada kata sepakat. Anumerta pun mencoba untuk
demikian iya rela berperang dan berkorban mati dihadapan sang ratu oleh
panahnya dari pada sibolga merebut magora dengan Fatihnya. Sang Sultan pun tahu
kejadian sebenarnya dan menasehati kepada Ratu Magora dan para bangsawan tapi
tidak dianggapnya akhirnya perang sebagai jalan satu-satunya.
Dua
hari sebelum pecah perang Anumerta merenung akan kejadian ini dan iya merasa
tidak menyesal atas apa yang dilaukanya meski tidak ernah di lirik oeh Ratu Magora.
Iya tetap optimis bahwa cintanya dalah sebuah tekad dan azzam yang telah
ditetapkan untuk kebaikan bukan untuk di perlihatka, iya percaya bahwa apa yang
dailakukanya adalah untuk kebahagian sang Ratu Magora yang telah lama iya
cintai. Sang sultan dari Pasai dan Malaka yang tengah menjadi penghubung dalam
perundingan yang tidak berhasil menwarkan bantuan dalam peperangan yang
dilakukan tapi Pangeran Anumerta menolaknya dan iya tetap teguh biarlah iya yang
menjadi korban atas ketidakadilan yang telah terjadi.
Alih
menolong untuk bergabung meyerang sang panglima perang dari Malaka memiliki
usul untuk menculik semua Pasukan dan kepinis sepuh beserta sang Ratu Magora sebelum
pertempuran dan hanya menyisakan Fatih beserta jajaran yang ada di bawahnya. Dan
anumerta pun setuju dengan usulanya, berkat telik sandi yang telah di susupkan
ke wilayah magora sehingga hafal lokasi-lokasi pasukan Magora yang selama ini
juga tidak stuju terhadap titah fatih hutamora,akhirnya pasukan gabungan dari
pasai,Malaka dan Anumerta di kerahkan pada malam hari untuk menculik pasukan
magora dan mengamnan di gunung dan bukti tertinggi di magora. Di siang hari pecahlah
perang di magora antara 100.000 pasukan Anumerta dan Sibolga serta Fatih Hutamora.
Ribuan nyawa melayang dalam pertempuran ini dan fatih hutamora terbunuh dalam
pertempuran berdarah besrta pasukan anumerta juga Ratu Magora yang tidak
terculik karena penjagan ketat istana marah dan geram karena pasukan nya hancur
meski yang terjadi dilapangan adalah pasukan sibolga. Selama 7 hari peperangan
dan akhirnya sibolga menyerah dan mengakui kekalahan dan menceritakan keadian
sebenarnya kepada sang Ratu Magora bahwa iya hanya diminta oleh Fatih Hutamora
yang baru saja terbunuh oleh anumerta. Tetapi kejadan itu tidak lantas membuat
Sang Ratu percaya karena ribuan pasukanya juga tiada, tiba saat itu paukan
malaka dan pasukan pasai yang membawa iring-iringan pasukan Magora dan tidak
sedikitpun luka karena telah diamankan. Sang Ratu pun percaya setelah kesaksian
para pembesarnya atas perlakuan pasukan yang menawanya berbuat baik dan tidak
berbuat apa-apa.
Sang
ratu pun percaya atas kejadian sebenarnya akan tetapi iya tetap tidak menerima
cinta anumerta yang telah berbuat baik kepadanya. Anumerta pun menyadarinya dan
iya pun sadar bahwa apa yang dilakukanya tidak memerlukan pengakuan, meski
sebelumnya iya telah menolak tawaran Raja singasari atas putrinya untuk di
nikahkan dengannya, tapi iya menolak karena iya merasa cinta sejatinya pada Putri
Magora yang saat ini telah menjadi Ratu. Usai sudah aman magora sang pangeran
anumertapun pergi meninggalkan magora dengan sisa pasukanya meski rakyat magora
mengharapkan tetap tinggal di magora. Sang Pangeran pun pulang ke palapa dan
bertapa di Jayakarta dan tetap menunggu cinta dari sang Ratu Magora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar