Al-Ihya Al-Mawat Bi As-Syirkah :
Strategi
Optimalisasi Program Sustainable Development Goals dengan Skematik Harmonisasi Sulthaniyyah
Waa Ummah(HITS)
Oleh :
Tri Aji Pamungkas[1]
triajipamungkasalazhary@gmail.com
Mahasiswa Sebi University College Of Islamic Economic dan University Student Scheme (USS) IAI – ICAEW
Mahasiswa Sebi University College Of Islamic Economic dan University Student Scheme (USS) IAI – ICAEW
![Text Box: Sumber :IMF dan World Bank (dioalah)](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image001.png)
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image003.jpg)
Namun dengan kondisi demikian tidak membuat
ketimpangan ekonomi menurun yang di buktikan dengan data rasio gini antar kota
dan daerah masih memiliki perbedaan yang sangat luar biasa.
Apabila kita melihat kepada sejarah terkait
tren ekonomi sebelum adanya krisis 1997/1998 Pertumbuhan ekonomi telah berhasil mengurangi kesenjangan[4], menjelang krisis Kesenjangan mulai melebar [5] dan sampai setelah krisis atau era
reformasi Ketimpangan cenderung meningkat terutama antar kelompok ekonomi dan
antar kota-desa[6].
Gini rasio cenderung stabil pada tahun 1980an. Terjadi peningkatan pada akhir 1990an mengikuti pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi![Text Box: Trend Rasio Gini Sepanjang Masa
Sumber : Badan Pusat Statistik Per September (Dioalah)](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.png)
. Lalu, cenderung Menurun pada saat Krisis
Ekonomi Asia dan meningkat kembali pada tahun 2000an dan ketika Periode commodity boom (2004 – 2012) diperkirakan menyumbang dalam
peningkatan Gini ratio kini mengalami penurunan dari 2014,
meskipun secara perlahan[7].
Apabila kita melihat ketimpangan yang terjadi dapat dilihat dari beberapa aspek
yang dapat di identifikasi, kelas menengah di Indonesia di akui tumbuh, Namun
kemiskinan sulit untuk diturunkan, apabila melihat data melalui konsemen dari
tahun 2002 sampai 2016 secara komposisi kemiskinan di indonesia mengalami
kenaikan rata-rata 2,2% per tahun dan rentan kenaikan ada di titik 0,1% per
tahun sedangkan apabila dilihat dari aspek konsumen kelas berkembang memiliki
pertumbuhan 2,4% , namun pertumbuhan ini tidak merefresentasikan terhadap
kurangnya kemiskinan namun justru dengan adanya tingat kemiskinan[8].
Maka hal ini lah menjadi salah satu masalah yang sedang dihadapi indonesia di
masa kini dan masa mendatang[9]
![Text Box: Trend Rasio Gini Sepanjang Masa
Sumber : Badan Pusat Statistik Per September (Dioalah)](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image004.png)
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image006.jpg)
Ada beberapa Faktor yang menjadi penyebab
trend dari gini rasio dan juga ketimpangan yang terjadi di indonesia diantaranya
dari segi Pertama,Aset terkait dengan sumber daya manusia dan sumber
daya keuangan yang secara langsung mempengaruhi terhadap adanya guncangan
secara langsung terhadap menurunya pendapatan secara langsung.Kedua,dari
sisi pendapatan dimana sumber daya
manusia disisi lain sebagai buruh dan mendapatkan pendapatan serta sumber daya
keuangan menghasilkan bunga dan sewa atas liquditas manajemen yang secara
langsung akan berpengaruh pula pada sisi guncangan pengurangan pendapatan yang
dihasilkan oleh aset apabila adanya krisis dan akan mengakibatkan PHK dan sisi
aset sangat berpengaruh terhadap sisi pendapatan.Ketiga, pengaruh dari
pendapatan sangat signifikan terhadap pertumbuhan konsumsi dan pertumbuhan
investasi dimana tingkat konsumsi akan bisa menjadi refresentatif dari
pendapatan yang diterima rumah tangga.Keempat, hanya sisi investasi saja
yang bisa kembali ketitik awal ataua titik aset dimana semakin tinggi investasi
maka akan semakin besar tingkat aset yang dimiliki.[10]
![Text Box: Tingkat ketimpangan beberapa Negara dari Proporsi Aset
Sumber : Credit Suisse Global Wealth Databoks](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image007.png)
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image009.jpg)
Selain itu, perbandingan share konsumsi per
kapita penduduk tahun 2015 dan 2016 menunjukkan peningkatan pada desil 6,5-15,5
dan penurunan yang cukup besar antara
33,3 ke point 31,4 yang terjadi di antara bulan ke 10 di tahun 2015 dan 2016 .
Hal ini menyumbang penurunan gini rasio
di tahun 2016 menjadi 0,397. Perubahan share konsumsi tidak terjadi pada elemen
masyarakat bawah sehingga upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat harus fokus
pada 40% kelompok berpendapatan terbawah[14].sedangkan
dari Pertumbuhan pengeluaran rata-rata perkotaan lebih tinggi dibandingkan
perdesaan, tetapi pertumbuhan lebih
merata di perdesaan di banding Perkotaan
dimana pertumbuhan rata rata perkotaan
5,61% sedangkan desa 3,54%[15].
Indonesia memiliki 40% individu dengan tingkat kesejahteraan
rendah dimana sebanyak 46,23% dari total
penduduk[16]
sebagai petani atau bidang pertania. Meskipun tongkat kontribusi sektor
pertanian memiliki kontribusi terbesar kedua dalam PDB namun banyak
permasalahan yang dihadapi dalam sektor ini. Selama kurun waktu 2003-2013
tingkat kepemilikan petani atas tanah mengalami penurunan yang sangat
signifikan sebesar 16,32%[17],
berdasarkan penguasaan lahan, 14.62 juta rumah tangga tani di Indonesia hanya
memiliki lahan < 0.5 Ha[18].
Selain dari penguasaan atas lahan maka berpengaruh pada Pekerja dengan keahlian
yang tinggi mendapatkan upah relatif jauh lebih besar dibandingkan pekerja
biasa Upah pekerja formal relatif lebih tinggi dibandingkan upah pekerja di
sektor informal Pekerja sektor formal lebih banyak di pusat-pusat ekonomi
terutama Indonesia Bagian Barat atau daerah dengan kaya hasil bumi dan lebih
banyak para pekerja dengan sebagai buruh tani di indonesia yang menaruh
pendapatanya sehingga tingkat ketimpangan dominan terjadi di sektor pertanian[19],Semakin
banyak para rumah tangga yang bekerja atau sebagai petani maka menurut
statistik akan semakin besar proyeksi ketimpangan yang terjadi di 40%
kebawah.dengan kondisi demikian maka perlua adanya kebijakan makro yang lebih
konservatif dan konstruktif serta terukur dalam mengatasi ketimpangan dan
kemiskinan dengan memperhatikan aspek atau role of model keadaan mayoritas yang
terjadi dikalangan masyarakat di indonesia.
Menurut data yang kami terima atas audiensi
dengan Parlemen di komisi XI salah satu Fraksi mengatakan bahwa Faktor penyebab
ketimpangan Ekonomi dominan terjadi di beberapa daerah tertentu yang terjadi
dikarenakan Perbedaan kandungan SDA masing-masing daerah,perbedaan
demografis,kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa,konsentrasi kegiatan
ekonomi daerah,alokasi investasi dan ego sektoral antar daerah[20].
Pembahasan
Mengenai
pengentasan beberapa masalah yang kompleks diatas memerlukan berbagai komponen
dalam menghadapinya, sebagaimana kesepekatan internattional terkait dengan
program sustainble development Goals yang di proyeksikan akan berhasil di tahun
2030 mendatang, hal ini sangat memerlukan harmonisasi antara Sulthaniyah dan
Ummah dalam pelaksanaanya agar besarnya anggaran yang dikeluarkan negara untuk
program ini dapat dimaksimalkan sebagai mestinya.dalam rancangan pembangunan
jangka panjang yang dilakukan oleh badan perencanaan pembangunan nasional
memiliki enam poin penting dalam pemerataan ekonomi dan pembanguna Pertama,memperbesar
lapangan kerja berkualitas dan investasi padat karya,Kedua,memperluas
akses usaha mikro kecil untuk memperoleh pasar yang luas. Ketiga,
Reforma Agraria dan percepatan sertifikasi tanah penduduk miskin.Keeempat,Memperkuat
basis perekonomian pedesaan Kelima, Pemenuhan pelayanan dasar masyarakat
terbawah dan keenam,mengurangi beban penduduk miskin.
Dengan adanya spesifikasi poin pada pembangunan Nasional
diatas maka kami mengusulkan strategi Optimalisasi Program Sustainable
Development Goals dengan Skematik Harmonisasi Sulthaniyyah Waa Ummah(HITS).Dalam
hal ini penulis menetapkan bahwa pembangunan berkelanjutan harus berbasis HITS
dan juga harus berdasarkan adanya harmonisasi antara Ummah(Rakyat) dan
Sulthaniyah (Pemerintahan) adapun yang dimaksud dengan HITS adalah
1.
Holistic
Dalam setiap pembangunan yang dilakukan harus bersifat
menyeluruh dan tidak dilakukan secara Parsial hal ini dapat terwujud dalam Pengaturan kebijakan publik. Keunggulan dan
kemajuan suatu kota/kabupaten/negara sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan
publik yang dikeluarkan dan yang dilaksanakan[21]
2.
Integrated
Dalam setiap perubahan terutama upaya pembangunan harus
melibatkan beberapa elemen yang menjadi objek pembanngunan,hal ini berkaitan
erat dengan integrasi sosial baik antara pemerintah,parlemen,civil
society,bussines man,philantropy dan lainya sangat diperlukan untuk berperan
aktif dalam usaha perubahan bersama[22]
3.
Tematik
Dalam melakukan arah pembangunan hendaknya didasarkan
pada kondisi dan keadaan yang berada didaerah tersebut atau sesuai dengan ciri
khas di daerah tertentu maka inilah yang di sebut dengan tematik
4.
System
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image011.jpg)
Dalam praktek pembangunan di Indonesia
selayaknya Harus melibatkan beberapa komponen dalam pembangunanya agar
terciptanya sinergitas dengan beberapa peran yang ada.
Komponen yang terdapat didalam gambar bermakna
bahwa peran pemerintah dalam hal ini parlemen sebagai regulasi dan juga sdgs
program sebagai pemerintah sangat berpengaruh pada tingkat kepekaan social
terhadap program,bantuan para pelaku usaha dalam hal ini rumah tangga 40%
terendah di ikut sertakan, peran philantropy dalam akselerasi pembangunan
apabila tingkat anggaran yang dilakukan dalam program atas pemerintah terbatas
maka charity merupakan salah satu instrument alternatif bahkan bisa menjadi hal
utama dalam melakukan pembangunan yang berkelanjutan[24] Sebagai gambaran, sumbangan sosial perusahaan
pada tahun 2015 mencapai Rp 12,45 triliun. Sementara potensi Zakat pada tahun
yang sama mencapai Rp 213 triliun, sedangkan yang tergalang baru 1,2 persen
atau Rp 3 triliun. Tak heran jika masyarakat Indonesia dinobatkan sebagai
masyarakat yang dermawan nomor 2 di dunia.[25]
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image013.jpg)
![Text Box: Data Sensus Pertanian 2013](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image014.png)
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image016.jpg)
![Text Box: Data Sensus Pertanian 2013](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image017.png)
![Text Box: Sumber : Sekretariat Negara 2017](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image018.png)
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image020.jpg)
Dengan skematik Holistic,Integrated,System dan
tematik sebagaimana yang telah di jelaskan diatas maka menjadi sangat baik
apabila diikuti dengan skema yang baik pula yang dapat merefresentasikan
pembangunan berkelanjutan yang baik.
Dalam skema Al- Ihya A- Mawat ‘’barang
siapa menghidupkan suatu lahan mati maka lahan itu untuknya’’(At Tarmidzi dari
Jabir Ibnu Abdillah ) hal senada demikian diucapkan pula dalam hadist
Ahmad, Abu daud, Bukhory dan Ibnu Muhdarisin.
![](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image022.jpg)
![Text Box: Concept Al-Ihya Al Mawat Penulis](file:///C:\Users\user\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image023.png)
Selain oleh Pemerintah dalam konsep diatas
terdapat alternatif lain dengan
melakukan penggantian atas Sulthaniyah oleh Wakaf atau Charity hal ini
mendukung kepada rakyat yang derma untuk melakukan kegiatan pembangunan
berkelanjutan dengan peduli antar sesama serya meningkatkan soliditas umat
untuk lebih maju. Alternatif terakhir adalah dengan adanya Full bantuan
pemerintah yakni dengan menjadikan lahan yang dimiliki oleh pemerintah sebagai
aset Umat atau aset Wakaf maka dengan demikian akan mendorong untuk melakukan
pembangunan lebih maju. Alasan penulis dalam mengajukan skematik pemeritah
sebagai yang pertama karena didasari hanya pemerintah yang dapat melakukan
kegiatan untuk rakyat secara komprehensif karena merupakan amanah undang-undang
serta kewajiban untuk melakukanya sedangkan ummah merupakan tindakan optional
yang bergantung pada tingkat ketaatan kepada Tuhan nya atau kepercayaan yang
dianutnya.
Maka dengan skematik diatas penulis meyakini
program susstainble development Goals yang diproyeksikan sukses di 2030 akan
terlaksana lebih cepat apabila 40% rumah tangga terendah diprioritaskan dalam
sisi produktif termasuk dalam penggarapan Tanah yang akan diredistribusikan.
[1]Student Sebi University College Of Islamic Economic
[4] Akita et al, 2011, van der Eng,Total Factor Productivity and Economic Growth In Indonesia.2009 and Cameron, 2000
[5] Frankema & Marks, Growth With Equity Under Soeharto?A Theil Analysis Of Income Distribution
In Indonesia 1960-2001,2009; Leigh & van der Eng,Top Incomes In Indonesia1920-2004,2010;
[6] Akita & Miyata,analyzed the distribution of per capita
household expenditure in Indonesia for the Year 1996- 1999,2001, 2008; Sumarto and Indunil de Silva,Poverty Growth Inquality
Triangle:The Case Of Indonesia,2013; Yusuf and Rum,Twenty Years Of Expenditure inequality in indonesia
1993-2013, 2013
[10] Laporan bank
dunia diadaptasi dari Bussolo dan Lopes-calva (2014) Share Prosperity :
Paving The Way And Europe and Central Asia
[19] Melanie Morten, Stanford University, 2014
Dalam Perencanaan Wilaya ;Guru Besar Ekonomi, Ketua Program Doktor (S3) Perencanaan Wilayah,
Sekolah Pascasarjana USU
Sekolah Pascasarjana USU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar